
Festival Seni Sastra Boga Di Tahun 2019 – Jika berbicara mengenai seni apa yang akan terlintas dalam benak anda sobat, apakah seni masa kecil yang mengurangi stres? Jika membahas mengenai seni tersebut tentunya yang ada dalam pikiran kita adalah mengenai kreativitas yang berhubungan dengan imajinatif seseorang yang mana hasil dari imajinasi dan kreativitas tersebut mengandung sebuah keindahan.
Bahwasanya dalam dunia makanan atau food juga ternyata membutuhkan seni loh sobat seperti unsur seni dalam busana, atau dalam bahasa lainnya sering kita kenal dengan “ food Plating “. Seni dalam makanan sangat dibuttuhkan karena biasanya seseorang akan merasa sangat bahagia saat sedang makan dan mood yang semuka tidak baik dapat berubah secara langsung karena hadirya rasa dan penyajian makanan yang membuat hati dan otak kita merasa bahagia atas makanan tersebut. Seni dalam makanan tidak boleh kalian anggap remeh karena dampak yang diberikan begitu besar, seperti contohnya saja pada restoran-restoran bintang lima mereka selalu mengutamakan seni dalam penyajian makanan yang mereka hidangkan. Dengan menghadirkan kreasi yang berbeda, unik, dan penyajian yang menarik akan menambah nilai mereka di mata konsumen baru maupun lama. poker99
Namun tidak jarang juga bahwa sebagian orang tidak mengetahui dan sadar bahwa makanan juga merupkan bagian dari suatu seni. Pada artikel ini kita akan membahas tentang seni yang terdapat pada makanan bahwa seni dalam makanan juga merupakan sebuah seni sastra yang lebih dikenal sebagai sastra boga, mari kita simak penjelasannya dibawah.
Apa Itu Seni Makanan Atau “ Food Plating “ ?
Adapun istilah “ food plating “ dewasa ini sudah semakin dikenal oleh orang banyak tak kalah dari macam karya seni dalam fashion, terlebih mereka yang merupakan pecinta kuliner. Sering kali penampilan dari sebuah hidangan adalah kunci dari kesuksesan dari makanan tersebut.
Iya, memang benar ya sobat karena seperti yang sudah kita ketahui bersama, food plating ini merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, dan ada banyak yang berpendapat bahwasanya food plating tersebut merupakan hal yang bisa meningkatkan selesa makan, apalagi food plating tersebut disajikan dengan cantik.
Food plating itu sendiri merupakan cara penataan atau cara penyajian makanan di atas piring atau piranti yang lainnya, dengan memperhatikan posisi dan juga komposisi makanan tersebut untuk menunjukkan nilai seni dan cita rasa ynag tinggi
Setuju ya sobat. Umumnya, ketika kita berbicara mengenai seni masih banyak orang yang berpikir bahwasanya seni tersebut hanya menyakut pada masalah musik, seni ukir, seni pahat, seni lukisan atau bahkan ynang lainnya. Namun yang harus anda ketahui sobat, dari cara penyajian atau food plating tersebut. Adapun food plating ini biasanya akan diperhatikan dan dilakukan oleh mereka chef professional yang memang pada resto tersebut juga untuk mereka yang sangat memperhatikan secara detail cara penyajian makanan tersebut.

Adapun pentingnya seni dalam kuliner tersebut memang cukuk diperhatikan oleh mereka pecinta kuliner berkelas, oleh karena itulah teknik dalam penyajian food plating tersebut harus diperhatikan. Berikut ini adalah beberapa kaidah yang harus diperhatikan dalam food pating tersebut.
Teknik Dalam Food Plating
Adapun kaidah atau teknik dalam food plating antara lain adalah sebagai berikut :
1. Tekanan Pada Bahan Utama
Adapun hidangan utama harus menjadi menu yang menghabiskan paling banyak ruang pada piring atau wadah dalam penyajian makanan tersebut dan harus berpenampilan cantik.
2. Keseimbangan
Anda juga harus memperhatikan komposisi hidangan pada wadah yang anda gunakan. Hindari penataan makanan yang berat sebelah.
3. Kontras
Tempatkan bentuk dan warna yang kontras yang bersandinagn sebagai daya tarik visual.
4. Tekstur

Berbagai macam tekstur pada hidangan harus terlihat dalam komposisi makanan pada wadah anda. Anda harus menghindari kepadatan komposisi hidangan dengan menggunakan sedikit elemen yang dibutuhkan agar terlihat komplit.
5. Wadah
Pilihlah wadah yang sesuai dengan ukuran dan juga susuna hingga tanpa meninggalkan terlalu banyak tempat kosong pada saat food plating tersebut.
6. Bentuk
Usahakan anda membentuk bahan-bahan makanan dalam hidangan untuk menciptakan tingkat struktur makanan dalam wadah yang ada gunakan.
Secara keseluruhan food plating tersebut memang sangat penting dalam hal dunia kuliner.
Sastra Boga dibahas di Jakarta International Literary Festival 2019 bersama sejarawan budaya Timbul Haryono dan penulis sejarah boga Fadly Rahman. Mereka mengajak hadirin menelusuri makanan lewat literatur, khususnya catatan para sejarawan dan pengelana zaman dulu. Diawali dengan cerita keduanya tentang asal kata “boga” dan “kuliner”, pembicaraan segera berkembang ke berbagai pengaruh luar hari ini dalam masakan nusantara, misalnya vrijkadel, yang dalam masyarakat Belanda terbuat dari daging babi, tapi di Indonesia menjadi perkedel yang terbuat dari macam-macam bahan.
Selain perubahan pada bahan, fungsi makanan pun dalam masyarakat kita akhirnya juga beralih. Timbul Haryono mengungkapkan fungsi sehari- hari, fungsi sosial, dan fungsi ritual dalam masyarakat zaman dahulu yang kini sudah tidak lagi berlaku.
Lewat perbincangan ini, terkuak pula berbagai kreativitas, kebijaksanaan, dan kekayaan nusantara yang tersimpan dalam masakan. Misalnya, bagaimana masyarakat konon mengatasi minimnya jumlah daging yang terjangkau pada masa penjajahan dengan berkreasi menggunakan kaki sapi, kepala kambing, jeroan, dan sebagainya.
Pesta sastra berlangsung sepanjang acara Jakarta International Literary Festival 2019 pada 20-24 Agustus di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Pada hari terakhir, terdapat dua simposium “Dilema Tema Umum Selatan” dan “Perlukah Kanon Selatan” serta bincang-bincang bertajuk “Sastra”. Simposium “Dilema Tema Umum Selatan” diramaikan oleh pegiat sastra dari Indonesia, Botswana dan Singapura.
Dalam keterangan resmi, Jakarta International Literary Festival menyebutkan Intan Paramaditha dari Indonesia bicara tentang kesenjangan suara dan keterwakilan dalam konstelasi sastra dan perbukuan dunia masa kini.
Sementara Legodile Seganabeng sebagai pengarang di Botswana mengungkapkan tradisi penerbitan di negaranya yang belum berkembang hingga pengarang kerap harus mengorbankan kreativitas dan orisinalitas agar karyanya terbit.
Tema yang diangkat sering mempertimbangkan apa yang menarik buat orang luar Botswana, bukan yang ingin dibicarakan masyarakat setempat.
Sementara Sherlene Teo, pengarang novel “Ponti”, bicara tentang identitas kerap jadi beban berkreasi. Sebagai warga kelahiran Asia Tenggara yang tinggal belasan tahun di Inggris, dia menghadapi asumsi dan ekspektasi tertentu.
Ada pula perbincangan bersama Hilmar Farid (Indonesia), Ramon Guillermo (Filipina), dan Adania Shibili (Palestina) yang menjelajahi topik kanon Selatan.
Adania Shibili membuat audiens tertegun dengan presentasinya tentang bagaimana penjajahan Israel atas Palestina juga mencakup penyitaan dan penghapusan karya-karya sastra Palestina, lewat proyek-proyek National Library of Israel.
JILF 2019 dikuratori oleh Yusi Avianto Pareanom, Isyana Artharini, dan Eka Kurniawan dengan mengusung tema “PAGAR” untuk mencerminkan batasan-batasan yang semakin lebur akibat arus globalisasi yang menerpa dunia.